cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman
ISSN : 08520720     EISSN : 25023616     DOI : 10.30821
MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman is a peer reviewed academic journal, established in 1976 as part of the State Islamic University of North Sumatra Medan (see: video), dedicated to the publication of scholarly articles in various branches of Islamic Studies, by which exchanges of ideas as research findings and contemporary issues are facilitated. MIQOT is accredited as an academic journal by the Ministry of Education and Culture, Republic of Indonesia (SK Dirjen Dikti No. 040/P/2014) valid through February 2019. Miqot welcomes contributions of articles in such fields as Quranic Studies, Prophetic Traditions, Theology, Philosophy, Law and Economics, History, Education, Communication, Literature, Anthropology, Sociology, and Psychology.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 46, No 1 (2022)" : 8 Documents clear
PORTRAYING THE TRACT OF ISLAM IN EMPOWERING THE DYNAMICS OF THE POTENTIAL OF MARITIME NUSANTARA THROUGH THE SPICE ROUTE PERSPECTIVE Budi Sulistiono; Misri A. Muchsin
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.899

Abstract

Abstract: The increasing influence of Islam in the archipelago was marked by the establishment of a number of sultanates. Based on the fact of the significant existence of the sultanate it is may indicate as evidence of political power. In the footsteps of Islam Nusantara, political power was achieved after great successes in building economic power, education, cultural-intellectual networks. Therefore, the stage of the traces of Islam Nusantara is not an event that is considered strange. Until the 17th century AD, there were even a number of sultanates on the islands of Java, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, and Nusa Tenggara. The spread of the existence of a number of these sultanates in a relay as evidence of the results of the exemplary performances of a number of sultanates that had existed before. The approach used in this paper is a historical approach by utilizing study materials from historical literature. In compiling historical facts, it is guided by a logical framework arrangement according to chronological order. The conclusion is that, thanks to the wealth and social forces empowered by Muslim communities in various places in the archipelago, they can play political roles in political entities as evidenced by the birth of a number of Sultanates. This historical fact, at least strengthens Anthony Reid's theory, that the maritime economy is an indicator of maritime trade that unites trade routes with the formation of port cities as international trade routes.Keywords: empowerment, trade, maritime, Islamic Sultanate in the archipelagoAbstrak: Pengaruh Islam yang semakin signifikan di Nusantara ditandai dengan berdirinya sejumlah kesultanan. Sudah saatnya keberadaan kesultanan dimaknai sebagai bukti kekuatan politik. Dalam jejak Islam Nusantara, kekuatan politik diraih setelah sukses besar membangun kekuatan ekonomi, pendidikan, jaringan budaya-intelektual. Karena itu, pentas jejak-jejak Islam Nusantara bukanlah peristiwa yang dianggap aneh. Hingga abad ke-17 M, bahkan ada sejumlah kesultanan di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Tersebarnya keberadaan sejumlah kesultanan ini secara estafet sebagai bukti hasil pertunjukan keteladanan sejumlah kesultanan yang telah ada sebelumnya. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan sejarah dengan memanfaatkan bahan kajian dari literatur sejarah. Dalam menyusun fakta sejarah berpedoman pada susunan kerangka logis menurut urutan kronologis. Kesimpulannya, berkat kekayaan dan kekuatan sosial yang diberdayakan oleh komunitas Muslim di berbagai tempat di Nusantara, mereka dapat memainkan peran politik dalam entitas politik yang dibuktikan dengan lahirnya sejumlah kesultanan. Fakta sejarah ini, setidaknya memperkuat teori Anthony Reid, bahwa ekonomi maritim merupakan indikator perdagangan maritim yang menyatukan jalur perdagangan dengan terbentuknya kota-kota pelabuhan sebagai jalur perdagangan internasional.Kata Kunci: pemberdayaan, perdagangan, maritim, Kesultanan Islam di Nusantara
LAWSUITS RELATED TO DIVORCE DUE TO APOSTASY IN BITUNG RELIGIOUS COURT Evra Willya; Nurlaila Harun; Afni Anom
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.877

Abstract

Abstract: This study aims to analyze the considerations of judges in deciding two divorce cases due to apostasy claims including Case Number 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg and 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg at the Bitung Religious Court, Bitung City, North Sulawesi, Indonesia. It was conducted qualitatively through a descriptive-comparative approach with primary data obtained from informants including four judges using observation, in-depth interviews, and documentation techniques, subsequently analyzed using an inductive analysis model. Meanwhile, secondary data were retrieved from decision documents. The results showed that the judge decided Case Number 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg in fâsakh and Case Number 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg in ṭalâq ba‘in sughra through the consideration of the subsidiary petitum. These decisions were observed to have legal consequences on hadhânah and the right of mutual inheritance between children and parents. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertimbangan hakim dalam memutuskan dua perkara perceraian dengan gugatan murtad, yakni Perkara No. 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg dan 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg di Pengadilan Agama Bitung Pengadilan, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Indonesia. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui pendekatan deskriptif-komparatif dengan data primer diperoleh dari informan meliputi empat orang hakim dengan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis menggunakan model analisis induktif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakim dalam memutuskan dua perkara perceraian dengan gugatan murtad berdasarkan pada alat bukti dimana Perkara No. 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg diputuskan secara fâsakh dan Perkara No. 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg diputuskan secara ṭalâq ba’in sughra dengan menggunakan pertimbangan petitum subsider. Kedua putusan tersebut berakibat hukum pada hadhânah dan hak saling waris antara anak dan orang tua. Keywords: judge's consideration, divorce, apostasy, marriage fasâkh, ṭalâq ba'in sughra 
JALÂL AL-DÎN AL-MAHALLÎ AND JALÂL AL-DÎN AL-SUYUTÎS’ INTERPRETATION METHOD OF THE MUTASYÂBIHÂT VERSE IN TAFSÎR JALÂLAYN T. Wildan; Ismail Fahmi Arrauf Nasution
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.882

Abstract

Abstract: This study aims to determine the research method of al-Mahallî and al-Suyutî on the mutasyâbihât verse in Tafsîr Jalâlayn interpretation, the impact of the mutasyâbihât verse measurement method on understanding Tafsîr Jalâlayn interpretation, and the similarities and differences in the methods used. This research is included in non-empirical research that uses the type of library research and research studies presented in a comparative analytical descriptive manner. Research findings; the methods used by al-Mahallî and al-Suyutî in dealing with mutasyâbihât verses, tawaquf, interruption, and expansion and impact of the mutasyâbihât verse method in Tafsîr Jalâlayn make results as an increase in faith, knowledge in Arabic and interpretation, and facilitate understanding of the control of mutasyâbihât verses. The similarities are the use of methods and interpretations; ta'wîl or bayân. The difference; al-Mahallî is more dominant in the interruption method than the expansion, and al-Suyutî is more dominant in using the expansion method than the interruption. Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui metode penafsiran al-Mahallî dan al-Suyutî terhadap ayat mutasyâbihât dalam Tafsîr Jalâlayn, dampak metode penafsiran ayat mutasyâbihât pada pemahaman Tafsîr Jalâlayn, dan persamaan dan perbedaan metodologi yang digunakan. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian non-empirik yang mengunakan jenis penelitian library research serta kajian penelitian disajikan secara deskriptif analitis komperatif. Temuan penelitian; metodologi yang digunakan oleh al-Mahallî dan al-Suyutî dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyâbihât, tawaquf, interupsi dan ekspansi dan dampak metode penafsiran ayat mutasyâbihât terhadap pemahaman dalam Tafsîr Jalâlayn; menjadikan hasil penafsiran sebagai penambah keimanan, keilmuan dalam bidang bahasa Arab dan tafsîr, dan memudahkan pemahaman terhadap penafsiran ayat mutasyâbihât. Persamannya dalam penggunaan metode dan penafsiran dengan cara ta’wîl atau bayân. Perbedaannya; al-Mahallî lebih banyak menggunakan metode interupsi dari pada ekspansi, sedangkan al-Suyutî lebih dominan menggunakan metode ekspansi dari pada interupsi. Keywords: mutasyâbihât verse, interpretation, method
ULAMA AND POLITICS: A Study of Ulama and Santri’s Participation in 2019 General Election in Aceh Rasyad Rasyad; Ikhwan Ikhwan; Abdul Manan; Rahmad Syah Putra
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.787

Abstract

Abstract: The existence of ulama and dayah in political dynamics in Aceh has occurred for a long time, simultaneously with the development of Islam in Aceh. Ulama in Aceh has been playing as the main actors behind the successful political indicator in many phases, namely; empire phase, independence phase, new order (orde baru) phase until the phase of reformation. The doctrines played by ulama through religious languages have received great support from people in Aceh. This study employs the qualitative research approach with three main techniques of data collection, namely interview, observation and documentation. The result showed that there has been the participation from ulama and santri dayah in Aceh during 2019 General Election (GE). Such participation was reflected from the full support from ulama by calling up the political machine from santri dayah during 2019 GE, and deciding a political attitude by taking side on one of the candidates by holding a fundamental belief that Islam does not forbid ulama to participate in the political practice. Abstrak: Eksistensi ulama dan dayah dalam dinamika perpolitikan di Aceh telah berlangsung sejak lama, seiring berkembangnya Islam di Aceh. Dari berbagai fae perkembangan perpolitikan di Aceh, dari fase kerajaan, fase kemerdekaan, fase orde baru hingga fase reformasi telah ditemukan pula indikator suksesnya politik di Aceh akibat permainan aktor utama yaitu ulama. Ulama melalui doktrin-doktrin yang disebarkan melalui bahasa-bahasa agama, sehingga mendapat dukungan penuh dari kalangan masyarakat di Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data tiga macam cara yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat partisipasi ulama dan santri dayah di Aceh pada Pemilu 2019. Partisipasi tersebut tampak terhadap dukungan penuh ulama dengan mengerahkan “mesin politik” yaitu santri dayah terhadap Pemilu 2019, dan mengambil sikap politik berpihak kepada salah satu calon dalam Pemilu 2019 dengan landasan utama berpijak bahwa Islam tidak melarang ulama berpolitik. Keywords: ulama, santri, dayah, politics, general election, Aceh
THE STRUGGLE OF THE ACEH DAYAH ULAMA ASSOCIATION (HUDA) IN PRESERVING THE DOCTRINE OF AHLUSUNNAH WALJAMAAH IN ACEH Syafieh Syafieh; Afrizal Nur
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.892

Abstract

Abstract: This study discusses the Aceh Dayah Ulama Association (HUDA), which traditionalist Islamic groups use as an organization that maintains the dominant Islamic ideology by using the dayah network as the basis of the religious movement. By using the theory of religious movement, through participatory observations, in-depth interviews with HUDA administrators and the Acehnese people as well as a study of the literature, this paper ultimately demonstrates the ability of the dayah ulama to use HUDA as networking among the dayah scholars as evidence of a scientific genealogy among the Dayah scholars in Aceh. In addition, HUDA is used by dayah ulama to strengthen the hegemony of traditionalist Islam as a group that has religious authority amid the rise of Wahhabi-Salafi schools in Aceh and as political bargaining with the government to determine the direction of government policy in religious matters. This article only discusses the dayah ulama members of HUDA and their strategies in defending the Ahlusunnah waljamâ‘ah doctrine. Abstrak: Kajian ini membahas tentang Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) yang digunakan oleh kelompok Islam tradisionalis sebagai organisasi yang mempertahankan ideologi Islam dominan dengan menggunakan jaringan dayah sebagai basis gerakan keagamaan. Dengan menggunakan teori religious movement, melalui observasi partisipatoris, wawancara mendalam kepada pengurus HUDA dan masyarakat Aceh serta studi kepustakaan, tulisan ini pada akhirnya menunjukkan kemampuan ulama dayah menggunakan HUDA sebagai networking antar ulama dayah sebagai bukti adanya genealogi keilmuan di kalangan ulama Dayah di Aceh. Di samping itu, HUDA digunakan oleh ulama dayah untuk memperkuat hegemoni Islam tradisionalis sebagai kelompok yang mempunyai otoritas keagamaan di tengah-tengah maraknya aliran Wahabi-Salafi di Aceh serta sebagai bargaining politik dengan pemerintah untuk menentukan arah kebijakan pemerintah dalam hal persoalan keagamaan. Artikel ini hanya membahas ulama dayah yang tergabung dalam HUDA dan strategi mereka dalam mempertahankan doktrin Ahlusunnah Waljamaah. Keywords: Ulama, Religious Social Movement, Aswaja, Aceh, Indonesia
SOCIAL AND RELIGIOUS DIMENSIONS OF CHILDREN’S INHERITANCE IN TURKEY, SAUDI ARABIA AND INDONESIA Asep Saepudin Jahar; Shubhan Shodiq
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.870

Abstract

Abstract: This paper explores the framework of inheritance provisions for biological children and adopted children in three different countries, namely Turkey, Saudi Arabia, and Indonesia. The reinterpretation of children's inheritance rights in society today demonstrates the increasing response to social context vis a vis religious text. Turkey and Indonesia share an emphasis on social dimension in reinterpreting children's inheritance rights for men and women portions. Saudi Arabia, however, is remained to adopt conservative approach in interpreting the religious texts wherein men’s share twice as much as women. This research is a normative (doctrinal) approach in comparing legal issues on inheritance exercised in three countries. The data are based on literature such as regulation, books, journals, and related articles. This paper argues that socio-cultural conditions, political dynamics and ideological mainstream shape the nature of law in each country. Abstrak: Tulisan ini menggali pengembangan ketentuan kewarisan anak kandung dan anak angkat di tiga negara yaitu Turki, Saudi Arabia dan Indonesia. Reinterpretasi hak waris anak dari negara-negara yang menjadi objek riset ini menunjukkan bahwa aspek social dan keagamaan menjadi bagian poin dalam menempatkan hak anak yang diambil dari teks keagamaan. Turki dan Indonesia cenderung melihat aspek social menjadi penafsiran ulang terhadap hak waris anak, dimana laki-laki dan perempuan di Turki mendapat porsi sama. Sedangkan di Indonesia, hak anak angkat diposisikan secara social dengan mendapat wasiat wajibah. Saudi Arabia, pada sisi lain, cenderung konservatif dengan menafsirkan ayat-ayat waris bagi anak laki-laki dan perempuan secara literal. Penelitian ini ialah penelitian normatif dengan pendekatan Perundang-Undangandan pendekatan Komparatif. Sumber-sumber kajian riset ini yaitu berupa peraturan perundangan, buku, jurnal dan artikel terkait. Paper ini menyimpulkan bahwa perubahan hukum di tiap negara berhubungan erat dengan kondisi social budaya, dinamika politik dan ideologi yang berkembang. Keywords: inheritance of biological children, adopted children, turkey, Saudi Arabia, Indonesia
MAWLID CELEBRATION IN ACEH: Culture, Religious Expression, and Political Medium Sehat Ihsan Shadiqin; Siti Ikramatoun
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.919

Abstract

Abstract: This study is an ethnographic note about the Mawlid celebrations in Aceh. In contrast to most studies by previous scholars who saw Mawlid as a medium for normative theological discourse, this article aims to narrate the Mawlid phenomenon by focusing on how the Acehnese celebrated Mawlid, how the religious expression was, and how Mawlid became a political medium. This study showed that the Mawlid celebration in Aceh is not just a tradition or an expression of love for the Prophet but a cultural construction inherent to the Acehnese society, religious expression, and political media. Mawlid as a cultural construction is manifested in various forms of unique food dishes, as a religious expression manifested in typical Dhikr and Lectures Mawlid, and as a political medium seen from the invitations of Mawlid, Mawlid Pemda, and Mawlid at home. Abstrak: Kajian ini merupakan catatan etnografis tentang perayaan Maulid di Aceh. Berbeda dengan kebanyakan kajian sebelumnya yang melihat Maulid sebagai media wacana teologis normatif, artikel ini bertujuan untuk menceritakan fenomena Maulid dengan berfokus pada bagaimana masyarakat Aceh merayakan Maulid, bagaimana ekspresi keagamaannya, dan bagaimana Maulid menjadi media politik. Kajian ini menunjukkan bahwa perayaan Maulid di Aceh bukan sekedar tradisi atau ungkapan cinta kepada Nabi, melainkan sebuah konstruksi budaya dan ekspresi keagamaan yang telah melekat pada masyarakat Aceh, serta media politik. Mawlid sebagai konstruksi budaya termanifestasi dalam beragam bentuk hidangan makanan yang unik, kemudian sebagai ekspresi keagamaan termanifestasi dalam bentuk Dzikir dan Ceramah Maulid yang khas, dan sebagai media politik terlihat dari ajakan Maulid, Maulid Pemda, dan Maulid di rumah.  Keywords: Acehnese; Mawlid Celebration; Culture; Social Identity; Religious Expression; Political Medium.
SUFISM-BASED MORAL EDUCATION OF KH. SALEH DARAT AND KH. NAWAWI AL-BANTANI AND THE DIGITIZATION FLOW IN THE SOCIETY 5.0 ERA Amir Maliki Abitolkha
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.873

Abstract

Abstract: Human life is now entirely sophisticated, but at the same time simple, and fast due to digitization. However the development of the digital era unfortunately seem to neglect spiritual and moral values, as well as setting aside social vices. Therefore, this bibliographic study ascertains that Sufism-based moral education, pioneered by KH. Saleh Darat and KH. Nawawi al-Bantani, enumerate a process of purifying the heart from all impurities and fostering oneself with noble character, good behaviour, and deeds. This concept is very significant to the standard of living the modern generation, which has lost many moral, spiritual, and social values. To address this behavioural degeneracy, this concept is suggested as an alternative solution. Therefore, Sufism-based moral education displays a strategic step to address human vices in response to this twenty-first century era. Keywords: Islamic education, moral, Sufism, Saleh Darat, Nawawi al-Bantani Abstrak: Era digitalisasi menjadikan kehidupan manusia serba canggih dan mudah serta cepat. Perkembangan era digital sayangnya tidak diimbangi dengan kondisi spiritual dan moral yang matang sehingga menyisihkan dampak yaitu krisis spiritual dan moral serta sosial. Penelitian ini bersifat kepustakaan. Hasilnya bahwa pendidikan akhlak berbasis tasawuf yang digagas oleh KH. Saleh Darat dan KH. Nawawi al-Bantani adalah sebuah proses penyucian diri dari segala kotoran hati dan memupuk diri dengan berakhlak mulia, berperilaku terpuji dan senantiasa berbuat baik. Gagasan ini sangat relevan dengan kondisi kehidupan masyarakat era digital ini yang telah banyak kehilangan aspek moral, spiritual dan sosialnya. Sehingga, gagasan ini perlu dijadikan sebagai jalan alternatif untuk mengobati krisis moral, spiritual dan sosial mereka. Pendidikan akhlak berbasis tasawuf ini hadir sebagai langkah strategis untuk menjawab problematika kehidupan masyarakat era digital abad ini. Kata Kunci: pendidikan Islam, akhlak, tasawuf, Saleh Darat, Nawawi al-Bantani

Page 1 of 1 | Total Record : 8